Drama Perjalanan - Bromo

Selasa, 31 Oktober 2017



Assalamualaikum..
Hei, bulan juli kemarin aku dan best best forever go to Surabayaaa. Okay, saya ingin sedikit berbagi cerita. Jadi, sebenarnya ini acara dadakan. Sebulan kami prepare dan tidak ada tabungan sama sekali. Pertama kita memang punya rencana mau liburan tapi gak tau persis kapannya. Karena dari awal kita mengira, dya dan nadya masih 50 % mau atau tidaknya. Seiring berjalannya waktu akhirnya kita coba mengajak mereka berdua. Singkat cerita kita semua sudah siap dan tibalah hari kami berangkaaaaattt.
04.00 kami pergi ke bandara syamsudin noor di Banjarbaru, mengenakan mobil ka illa (kaka nadya). Semua berjalan lancar, dengan jadwal check in sekitar pukul 09.00.
               11.00 kita tiba disurabaya, disambut dengan gerimis mengundng sepanjang jalan. Oke, sebenarnya dari persiapan diawal kita akan berada disurabaya-malang selama 4 hari 3 malam. Dan tempat penginapan sudah disusun sedimikian rupa, dan dipersiapan itu kita merencanakan bermalam di hotel satu malam. Nah, setelah dilokasi… semuanya berubah.
               Kita dijemput oleh supir langganan *abah*( ayah ) nya ici. Namanya pa Budi.
HARI 1
               Ketika tiba, rancana awal kita pada hari pertama ini akan ziarah ke 9 wali atau biasanya dikenal dengan wali songo. Oke, rencana pertama berjalan, sekitar 3 sunan yang alhamdulillah berhasil kami ziarahi. Ada yang menarik ketika kami menziarahi makam sunan ( akunya lupa—“). Nah pokoknya dimakam ini, setelah kami keluar berziarah, kami berbicara dengan bahasa daerah (banjar). Yang ada kata kata inggih (indonesia:iya), tiba tiba ada yang nyapa dari penjaga makam tsb. Orang banjar ya? Lah kita semua bingung, kok bapa tua ini bisa tau.. setelah itu kami berbincang sedikit. Yang luar biasa adalah bapa ini berbicara dalam bahasa inggris. Bahasa inggrisnya masyaallah, kalo dibandingin aku, aku ngaku kalah  . dengar dengar cerita beliau, beliau juga orang banjarmasin, tapi telah laama tinggal di sby ini, menjaga makam.
Setelah itu kami pergi kedua makam sunan yang lain karena mengejar waktu untuk sampai pada siang hari menuju penginapan nanti malam. Ke Lawang, tempatnya rumah Bude. Setelah menyelesaikan ziarah, kami makan siang dipinggir jalan sekitaran makam, menu makanan khas jowo ini cukup bersahabat dengan lidahku yang pemilih (hehe) hanya saja, sambalnya yang kurang ngeh, karena perbedaan jeruk yang dipakai disambal tersebut berbeda dengan jeruk Banjar, kalo masalah nasi, ya masih sama kok harga juga sesuai. Pukul 13.00 kita go to Lawang.
14.00 kita masih dijalan, pa Budi nanya, “kenapa ga jadi ke bromo?”. Jadi, diawal kita memang mau ke bromo, setelah itu kami dengar desus desus kabar kalo dijalan ke arah bromo itu terlalu ekstrim, bukan ekstrim terlalu menanjaknya, tapi karena rawan kerampokan. Kalo emang mau juga jangan lewat jalan malang, tapi harus jalan surabaya katanya (katanya kabar burung), akhirnya kami membatalkan diri untuk pergi ke Bromo. Dan kmi tidak membawa baju mau pergi ke gunung. Nah balik lagi kepertanyaan pa Budi, “kenapa ga ajdi ke Bromo?”. Akhirnya kami menjelaskan  tentang kabar burung itu. “kalian mau ga ke Bromo, bapa punya penginapan disana, kalo kalian mau kalian beri uang buat penjaga aja, ga usah bayar buat nginapnya” ahhhhhhhhh serasa mimpi dengar kata kata ini. Dengan kebimbangan hati, disamping kami tidak membawa pakaian untuk kesana, tapi kami juga sudah menelpon Bude untukmenginap dirumah beliau.
Akhirnya, kami memutuskan putar arah. Kami pergi ke bromo tanpa bekal makanan dan pakaian yang cukup -_-. Kabayang kami pergi kesurabaya saat cuaca sangat ekstrim. Karena surabaya sedang musim hujan. Perjalanan kesana sekitar 5-6 jam dari perputaran arah kami. Kami memakai mobil xenia/innova(lupahehe), karena kami kesana malam, pemandangan tidak bisa kami lihat, tapi setelah jalan menanjak, rasanya seperti pesawat saat mengangkat tubuhnya keudara. Nah seperti itu, curam luar biasa. Telinga pun kedp suara karena tingginya tempat itu. Kami tiba pada pukul 10 atau 11 an. Jauh dari bayangan aku ebelumnya, but tidak pernah pergi ke gununggunung dijawa, ternyata ketika sampai diatas, sangat banyak penduduknya, sangat banyak bangunannya (penginapan). Rumah pa Bude ini cukup luas, sebuah rumah deengan 3 kamar, ruang tamu, ddapur dan kamar mandi. Stelah bersih bersih   kami duduk duduk sebentar druang tengah. Disana walalupun tengah amlam, adaa penjual asongan yang pergi keliling dan ke penginapan untuk menjajakan pakaian dingin sejenis sarung tangan, syal, kupluk, dan yang lain lain. Karena kami minim pakaian wkwk, akhirna kami membeli nya dan mencobanya. Harga satuannya sekitar 15.000 an. Disarankan deh, kalo mau pergi ke Gunung gunung gitu, untuk pemula kayak kita. Jangan memilih hari yang terdeteksi mendung atau hujan—‘. Karena disana sangatlah dingin. Sedingin apa? Sedingin kulkas. Serius, biar alay, ya emang gitu dinginnya:’) pa pemandu kita bilang kita akan pergi keatas pukul 03.00. ya udah akhirnya kita tidur diamar masing masing, berdua berdua. Aku dengan Rahmah. Dengan sedikit drama saat ingin tidur, akhrnya kami tertidur pukul 01.00. Cuma punya waktu dua jam untuk tidur sebelum pergi ke penanjakan.

Hari 2
Pukul 03.00 kita semua terbangun dengan tubuh hampir membeku. Iyaaaa emang hiperbola. Ga pernah ngerasain dingin sedingin ini, leih dingin dari perasaan dia ke aku . Akhirnya kita pergi ke penanjakan dengan jeep yang memang sudh dipesankan pa Budi. Masih tidak ada pmandangan yang kami lihat saat naik ke atas. Haya bisa melihat banyaknya pendaki dan banyaknya jeep yang berantri naik ke atas. Mobil lain? Oh ada. Ada kok mobil ay*a yang berhasil naik penanjakan waktu itu, entah gimana kekuatan mobil itu sampai bisa naik seperti jeep. Saat tiba di penanjakan, sekitar pukul 05.00. hujan datang tanpa diundang. Disana, kita bisa menemukan ojek, sewa paung, yang jual jas hujan, wc, warung. Lengkap kok, jangan khawatir.. tapi harganya jangan ditanya, ehhe. Harga satu jas hujan disana 20.000 kalo gak salah, ya kalo bisa ngomongnya bisalah 5000 satunya. Akhirnya kami beli. Dan taraaaa kami jadi minion.


Setelah semakin siang, yang ditunggu tak kunjung muncul, matahari hari itu agak malu untuk menampakan wajahnya. Dan akhirnya kami tak bertemu dengannya. Hanya bertemu kabut. Waktu dipuncak tidak sedikit yang tubuhnya lunglai, bahkan ada yang pingsan karena dinginnya. Ada berbagai ras bangsa dsna, banyak buleh, ehhe. Dari yang tua sampai yang muda. Bahkan ada bayik sekitar 3 tahun yang digendong oleh emaknya naik kepuncak. Muka dia kasian , harus nakhan dingin. Mungkin karena kehangatan ibunya jadi penguatnya. Satu penyesalan terdalam ketika disana, kami tidak bisa melihat sunrise dri ketinggian. Ah, mungkin memang belum rejeki J. Alhasil kami hanya berfoto dengan kabut, tapi alhamdulillah kami masih sehta wal afiat, walaupun sangat dipaksakan naik karena kami belum makan tadi malam dan pagi ini. Sebelum naik ke pucak subuh td. Kami sedikit mengisi perut dengan the hangat manis dan pisang goreng. Tapi itu cukup kok buat tenaga. Kalo minum the diatas sana harus langsung diminum, karena dalam waktu sebentar panasnya langsung hilang.


Pukul 07.00 kita balik kebawah menuju penginapan. Sebelum kepenginapan, kita seharusnya singgah sebentar ke pasir berbisik, karena cuaca bekas hujan, dan pasirnya tidak bisa berbisik karena pasirnya basah, akhirnya tempat ini tidak kami datangi, begitu pula dengan tanjakan cinta. akhirnya kita singgah dipadang savana sebentar untuk berfoto dan lanjut ke tempat apalah ( lupa namanya pokoknya banyak kudanya).
Nah dengan sedimikian banyak drama. Akhirnya kami tidak pergi ke tempat itu, karena sangat jauh. Sebenarnya ada alternatif yaitu dengan naik kuda.  Tetapi, karena kami takut juga dan gerimis kembali datang akhirnya kami memutuskan untuk makan ke warung yang ada ditempat itu. Pengalaman pertma makan mie diatas ketinggian. Wkwk.

Akhirnya kami melihat pemandnagan yang sangat luar biasa ketika turun kembali ke penginapan, jurang, jurang yang indah.  Banyak tanaman sayuran, buah buahan, bunga,pokoknya ah luar biasa subhanallah. Kalian harus kesana.
Cukup disini dulu pengalaman hari pertama dan keduanya. Untuk hari selanjutnya akan dilanjutkan nanti..
Pesannya untuk pengalaman ini adalah. Persiapkan segala-galanya dengan tepat. Jangan dadakan deh pokoknya. Kalo emnag harus dadakan, harus siap jiwa dan raga pokoknya.
Teruntuk sahabatku yang telah pergi kesana denganku. Persahabatan kita memang belum setinggi gunung itu. Tapi kenangan kita, cerita kita, kekuatan kita, inshaallah setegak gunung itu berdiri. Jangan ingat sedihnya, ingatlah bahagianya. Love,
Dari yang tersayang.

  Risma Amalia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS